Ala waktu yang mengurung durja
Serupa tangsi benteng-benteng Belanda
Juga lapas penjajah dana,
Mereka bersorak senggak nusantara
Di sudut kericuhan, tersua jalinan dan jalalan
Mendemokan gairah berciuman pada kekisruhan
Oleh pemuda yang enggan cuci muka
Dan teruna yang minim cuci mata
Katanya, petua mustahil latah dan yang muda patut pasrah
Sementara penolakan menggebu sinting atas nama insting
Di bawah lantunan puisi ayo lawan dan jangan sumarah
Massa bergegas melangkah kalah pada iming-iming
Antara sengketa atau capuccino di ekor senja
Mereguk sarabba serta pisang goreng menambuh nada gayeng
Sebagai perdebatan siapa kabar haluan dongeng
Di bawah redup mata bibir yang erak mencibir
Para petualang duduk manis basah peluhnya
Mengecapi kasta langit yang jeruk tua
Dan suara adzan yang menggema